MUSIK MELAYU DI INDONESIA (DISKUSI)


Dari: Yudhi Megananda <ymegananda@yahoo. com> Topik: [KomunitasMusik] Musik Melayu di musik Indonesia?, Kepada: komunitasmusik@ yahoogroups. com Tanggal: Minggu, 10 Mei, 2009, 4:40 AM

Keributan tentang musik melayu yang mewabah di blantika musik Indonesia, melalui kehadiran banyak group musik baru, membuat terjadi "perang dingin" di kalangan komunitas musisi, dari detikhot ada beberapa berita yang saya rangkum,

"speechless gua kalau ngomongin itu" kata gitaris Slank, Ridho,
"bukankan esensi musik dan budaya itu nggak ada batasan benar dan nggak, semuanya kan dikembalikan lagi ke selera musik pendengar..tolong ajarin kita bermusik yang benar itu gimana" kata anak2 ST12 dari hasil wwc-nya dengan infotainment. ..

teman2 di komunitasmusik, gimana menanggapinya ?
soalnya saya liat belakangan ini milis musik koq jarang jadi ajang debat yang membuat kita sebagai penikmat dan mungkin pelaku industrinya, jadi lebih pintar, arif dan bijaksana..xixixi. .sok tua ya gua ?
ayo dong...kita diskusi lagi kaya tahun2 lalu...

  • Bls: [KomunitasMusik] Musik Melayu di musik Indonesia?Minggu, 10 Mei, 2009 13:31
    Dari: “Movegerilya Eyb” Tambahkan Pengirim ke KontakKepada: komunitasmusik@yahoogroups.com
    Gak anti musik melayu, tapi anti ikut-ikutan musik yang lagi trend !
    Ya ini fakta. Ketika ada kawan yang memberi info tentang karya bandnya di milis ini, kami coba download, coba dengerin, tapi kok ujung-ujungnya malah muntah. Ada apa ?

    ST 12 gak salah kok. Band ini datang dengan idealismenya : Melayu ! Hiks !, aliran yang kabarnya kampungan tapi dengan Pe-De nya di ke depankan. Di bawa sebagai panji-panji kebesara n. Bukankah membawa hal kampungan secara nasional itu butuh perjuangan ? Bukankah itu sesuatu yang idealis ? Hebatnya, kerjasamanya dengan produser berhasil ” membuat pasar” yang menerima lagu2 mereka. So, siapa yang salah sekarang ? Yang salah adalah yang “ikut-ikutan kayak ST12″.

    ” Ah, biarin mas. Yang penting band saya laku keras sekenceng-kencengny a. 6 Juta download itu lumayan bisa buat balas dendam mas. Dulu saya jual es dawet, tapi sekarang perawan 5 pun bisa saya beli.”

    Hem, bebas-bebas aja sih. Itu pilihan. Tapi sayangnya cecurut ini terlalu dangkal strategi. Sudah keblinger duluan liat tampang2nya nongol di TV-TV. Gak sadar kalo sebenarnya mereka cuma jadi barang jualan yang habis manis sepah dibuang ! Gak percaya ? mau bukti ? Oke, lihat band-band satu juta kopi itu . Pada kemana ya setelah habis diperas keringatnya ? Bercocok tanam di kampung kah ? Oh enggak ding. Kayaknya buka bengkel motor !

    Sebaliknya lihat band-band yang stabil penjualannya dari tahun ke tahun. Siapa yang menghidupi mereka ? Bukan para produser kawans, tapi para fans yang sampe karatan menyetiai jatuh bangunnya band-band itu. Merekalah basic hidup sang band. Mereka ada bukan tiba-tiba jatuh dari langit, tapi merayap dari gang-gang sempit. Di bangun bertahun-tahun. Lalu bagaimana dengan fans band-band satu juta kopi itu ? gimana sejarah lahirnya fans mereka? Kabarnya : cokli langsung jadi ! Weleh…

    Salam
    Brutal Tapi Sopan
    Pesan sponsor. Harap bedakan : Pembeli dan Fans !

    Dari: Wiliam F
    Topik: [mediacare] Ketika lagu melayu menjajah musik (di) tv kita
    Kepada: naratamatv@yahoogro ups.com
    Tanggal: Senin, 11 Mei, 2009, 6:54 PM

    Perhelatan AMI ke-12 beberapa waktu lalu menyisakan keprihatinan, terutama tentang “invasi” musik bernuansa melayu. Meskipun Yovie Widiyanto bilang bahwa ucapannya diatas panggung tidak dimaksudkan menyindir penyanyi atau band manapun, tokh cibiran paling telak tentu sedang ditujukan kepada mereka yang sedang naik daun dengan irama melayu tersebut, siapalagi kalau bukan grup “oposisi” macam ST12, Kangen Band, Wali, Hijau Daun, dan sebangsanya.

    Mewabahnya irama melayu ini tak terlepas dari begitu “mudahnya” pengelola stasiun tv memberi ruang bagi aliran musik ini. Beda dengan media audio, salut untuk berbagai radio yang tidak mudah goyah untuk terima materi yang tidak sesuai dengan segmentasi pendengarnya. Sebagai contoh, coba lihat tayangan “On the spot” malam yang ditayangkan Trans7. Lagu dan musisinya dia lagi dia lagi yang muncul, membosankan, tapi tokh apa karena para produser rekaman tersebut sudah main “blocking” agar artis2 mereka terus yang bersliweran di layar kaca.

    Nggak kebayang bagaimana seandainya bila redaksi majalah Rolling Stones membuat konser para grupband melayu tersebut, itu sama saja membunuh reputasi majalah kelas dunia tersebut di mata pembaca. Ssstt… ini bukan hendak menghakimi bahwa musik melayu tuch jelek, bukankah sebenarnya ini juga untuk memacu kembali kreatifitas musisi kita yang merasa sudah mapan ? Ach, nggak sabar untuk menunggu kapan grupband aliran new wave era 80an seperti Karimata, Krakatau , Emerald punya generasi penerus di zaman sekarang ?

    From: wahyoe santhoso
    To: mediacare@yahoogrou ps.com
    Sent: Wednesday, May 13, 2009 1:19:12 AM
    Subject: Bls: [mediacare] Ketika lagu melayu menjajah musik (di) tv kita
    katanya musik bahasa universal… kenapa harus prihatin kalo ada salah satu jenis musik yang lagi naik daun….bukannya musik juga sebuah industri yang bergantung sama pasar….?
  • In mediacare@yahoogrou ps.com, Arfi Bambani wrote:

    Sepakat bung Wahyoe.
    Saya yakin bung William F ini nggak bisa bikin lagu kayak ST12 punya, apalagi sekelas Emerald atau Krakatau katanya itu.Terus saya jadi ingin bertanya, kalau bukan Melayu, bung William pengen musik kita dijajah musik non-melayu? Saya jadi bingung dengan pola pikir Anda.


    Majalah Rolling Stone pada suatu waktu juga pernah menyatakan Rhoma Irama sebagai salah satu gitaris abad 20. Apakah itu menurunkan kelas majalah Rolling Stone? Saya rasa tidak.

    Karena memang saat ini generasinya atau semangat zamannya seperti “Musik Melayu” yang bung William maksud. Terus terang, bagi saya, Emerald dan Krakatau itu jelek (karena ini selera pribadi tokh). Lebih masuk akal dan lebih nyaman bagi saya mendengarkan ST12.

    Artinya begini, musik itu universal. Bagi Anda mungkin bagus, tapi belum tentu bagi orang lain. Jadi, biarkan sajalah, biarkan pasar yang menilai dan menghukum.

    Kamis, 14 Mei, 2009 01:47 Dari: “nut_widiasari”
    Kepada: mediacare@yahoogroups.com
    Sepakat. Justru keanekaragaman aliran musik ini memperkaya ranah musikalitas di Indonesia. Bayangkan apa jadinya kalau kita dengar musik klasik terus, rock terus atau jazz terus.

    MEngenai langgam melayu ini, ketika dalam perjalanan pulang dari jkt ke bgr, di bis kota grogol-uki pengamennya melantunkan ST12, bis jkt-bgr lagunya ST12 juga, naik angkot bgr, pengamen yang bermodalkan kecrekan pun melantunkan ST12. Bukan salah ST12 kan kalau publik menyukai lagu-lagu mereka.

    Salam,
    natalia


  • Topik ini sengaja kami angkat di blog EYB, siapa tau kawan-kawan yang berkunjung bisa beradu argument disini.
    Tapi yang pasti pendapat EYB adalah sebagai berikut : Musik memang bahasa universal, tapi itu bukan berarti musik harus seragam. Musik Melayu boleh-boleh saja, Tapi bukan berarti semuanya kemudian harus jadi peng-ekor. Ini adalah gejala buruk kualitas musisi Indonesia saat ini, sebab bagi kami, yang disebut dengan “penurunan kualitas musik Indonesia” sama dengan “penurunan kualitas para musisi yang akhirnya cuma sekedar jadi bebek-bebek. Jadi buntut doang. Penakut ! Takut untuk menunjukkan idealisme bermusiknya atas nama “laku gak laku.” Takut gak diterima mayor label. Takut gak ngetop. Takut gak jadi selebritis. Loh, terus tujuan bermusik kita ini untuk apa ? 

    Ini bukan masalah jantan-jantanan main musik. Tapi bermusik itu ternyata punya tanggung jawab yang serius. Masalah yang sama seriusnya dengan jadi politisi. Di tangan musisilah sketsa kualitas musik Indonesia berada . Banyak band-band indie yang berlindung dibalik “ruang indie” untuk menutupi kadar musikalitasnya yang ternyata “astaga”. Mari kita bicara fakta, tidak terhitung berapa jumlah band-band yang harusnya bertapa dulu, olah kesaktian dulu di studio-studio latihan sebelum kemudian layak bikin album. Tapi lihat, apa yang terjadi sekarang. Kecanggihan tehnologi bikin mereka jadi “menggampangkan” skill. Sebulan nge-band, bulan depan bikin album. Weleh ! 

    Inikah wajah karya dan jiwa musisi Indonesia saat ini?

    From: “lutpee_ethno”
    Date: Wed, 20 May 2009 14:08:22
    To:> Subject: [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik Indonesia?

    > diskusi yg bener atau cuma sekedar curhat bos?… kalo curhat yg pasti gak kan banyak gunanya karena cuma berisi ketidak sukaan satu atau beberapa pihak terhadap objek yg di > didiskusikan, seperi halnya yg terjadi di masa lalu di milis ini..

    sekedar info: dari sudut ethnomusikologi musik tradisi melayu itu secara keilmuan sudah ada yg nulis lho, mungkin sudah ada juga mereka yg nulis tentang studi perubahan pada musik tradisi melayu menjadi dangdut dan menjadi pop melayu. Semua itu udah dilakukan orang, jadi mohon dipertimbangkan lagi ketika kita menggunakan istilah “musik melayu”…jangan kita malu atau malas membaca sebelum mengeluarkan statement karena referensi itu perlu.

    Menurut saya sebaiknya beri ST 12 dll itu genre lain yg mungkin lebih tepat untuk mereka…

    salam
    luthfi
     
  • Dari: “teh_manis76@ yahoo.com”,   Kepada: komunitasmusik@ yahoogroups. com,  Terkirim: Rabu, 20 Mei, 2009 22:27:01 Topik: Re: [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik Indonesia?

    Believe it or not..ternyata memang kuping pasar indonesia memang segitu,mau di apain?
     Powered by Telkomsel BlackBerry®
    —–Original Message—–

     From: teh_manis76@ yahoo.com Date: Wed, 20 May 2009 15:00:59 To:> Subject: Re: [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik Indonesia?

    Hi guys..marilah kt coba menghargai karya org lain..love u all Powered by Telkomsel BlackBerry®
    From:budi kusuma

    Date: Thu, 21 May 2009 00:04:39, To:  Subject: Bls: [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik
    Indonesia?

    Setuju…yang salah bukan musisinya… .ya ga?  pasarnya demennya gitu…yo wess Me is in the House
     

  • Dari: andre.sumual@ gmail.com, Topik: Re: Bls: [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik Indonesia? Kepada: komunitasmusik@ yahoogroups. com  Tanggal: Rabu, 20 Mei, 2009, 9:41 AM

    Kalo lo lahir di New Orleans pasti lo suka jazz, kalo lo orang Irlandia lo pasti bangga punya The Cors. Kl lo org Kolumbia pasti senang dengan Shakira.Dan kalo lo org Indonesia, jgn malu untuk menyukai ST12.  So, ga ada yg salah bro dengan mewabahnya musik ‘pop melayu’ ini. Krn kita lahir dan tinggal di Indonnesia. Jangan malu jadikan ST12 cs sebagai identitas bangsa….

    Hehhhehhheh
    Sent from my BlackBerry®
    powered by Sinyal Kuat INDOSAT

    From: ronny sinaga Date: Thu, 21 May 2009 13:33:57
    To:Subject: Re: Bls: [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik Indonesia?

    Identitas musik Indonesia apakah musik keroncong atau melayu? Apakah suku Kalimantan, Papua, NTT, dll kenal dan malahan bangga dengan musik Melayu atau musik Keroncong? Yang jelas, mereka bangga dengan musik tradisionalnya.


  • Dari: andre.sumual@ gmail.com
    Topik: Re: Bls: [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik Indonesia?
    Kepada: komunitasmusik@ yahoogroups. com
    Tanggal: Kamis, 21 Mei, 2009, 7:55 AM

    Maksudnya adalah sebagai org Indonesia , marilah kita bangga dgn identitas kita, baik itu musik pop melayu, melayu dangdut, keroncong (walaupun yg ini asalnya dr portugis),musik tradisional masing2 daerah atau apappun yg berciri Indonesia.

    Jd tak perlu mendiskreditkan musik pop melayu sebagai sesuatu yg tak bermutu. Apa lagi dianggap salah ketika musik itu mewabah.

    Merujuk tulisan Adib ttg Bujana, menurut gw musisi yg pintar dan bijak adalah bs menyikapi perkembangan, tren, serta pemahaman musik yg berubah seiring waktu.
    Jgn menjadi musisi yg sok menghakimi musik yg tidak disukainya, sebagai musik yg tak tidak bagus.
    Sent from my BlackBerry®
    powered by Sinyal Kuat INDOSAT

    From: Movegerilya Eyb
    Date: Thu, 21 May 2009 16:27:01
    To: Subject: (pasar, idealisme?) [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik Indonesia? Capek ni diskusi ini kesana kemari dari kemaren-kemaren :

    @ Buat yang anti musik melayu : Jangan mendengarkan, jangan menonton Musik Melayu. Ayo bikin sebanyak-banyaknya dan penuhi musik Indonesia dengan musik idealis menurut versimu sendiri. Jangan peduli trend bin pasar. Pasar itu cuma bikinan aja kok. Bisa-bisanya label kapitalis saja. “Jangan takut gak laku.” Apapun musikmu, “pasti laku.” Tergantung seperti apa strategi marketing dan “penciptaan pasar-mu”. Selama ini penikmat musik hanya diposisikan jadi obyek musik doang. Beli, duduk, diam dan dengarkan. Sama sekali tidak mengajak penikmat musik jadi apresian.

    Mereka takut pada kenyataan : “Semakin penikmat musik mampu jadi apresian, maka semakin selektif dan kritis pada “jualan” yang dilemparkan. Ayo beramai-ramai ciptakan musik yang eksploratif dan pasar yang apresiatif.

    Jika siapapun bisa “membuat pasar.” lantas kenapa takut dengan “trend pasar” ? @ Buat yang menganggap musik idealis gak laku

    Idealis itu apa ya ? Jika kaitannya sama karya : kita membuat karya (apapun itu), pastilah harus ideal, setidaknya ideal menurut kreatornya. Sebaliknya ideal bagi seseorang atau sekelompok belum tentu ideal bagi pihak lainnya. Makanya ada kompromi bin tarik ulur “ideal versi siapa”. Celakanya banyak musisi yang endingnya jadi seperti player organ tunggal kawinan bagi para pemodalnya. Request dilayani, saweranpun jalan.

    @ Buat yang menyerah pasrah pada pasar (?) ( “yah, namanya juga pasarnya lagi gitu, mau apa lagi ?”)
    Hehehe… komentarnya kayak sedang menunggu kematian.

    E Y B P R O J E C T
    Movegerilya Video and Music Project :

  • From: andre.sumual@ gmail.com, Date: Thu, 21 May 2009 08:55:48
    To:Subject: Re: (pasar, idealisme?) [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik Indonesia? Gw setuju banget sm pendapat EYB ini. Kalo pemahamannya spt ini, niscaya ga ada lagi polemik. Jalanlah dengan karya idealisme masing2, buktikan bahwa karay anda patut dihargai.

    Sent from my BlackBerry®
    powered by Sinyal Kuat INDOSAT
     

  • From: nawang_utomo@ yahoo.com Date: Thu, 21 May 2009 09:37:16
    To: Subject: Re: (pasar, idealisme?) [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik Indonesia?

    Betul sekali. Setuju sama Opa! Konsisten dengan idealisme masing-masing. Selama memang yakin, ya perjuangilah tanpa harus mendiskreditkan idealisme orang lain.

    -Nawang Utomo-
    http://www.freziain fo.com
    Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network


  • Re: (pasar, idealisme?) [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik Indonesia?Kamis, 21 Mei, 2009 09:52 Dari: “RiViE” Tambahkan Pengirim ke KontakKepada: komunitasmusik@yahoogroups.com

    Mantaaapp!!! Hargai karya orang lain.
    Sent from my BlackBerry®
    powered by Sinyal Kuat INDOSAT
     

  • Re: (pasar, idealisme?) [KomunitasMusik] Re: Musik Melayu di musik Indonesia?Kamis, 21 Mei, 2009 09:57 Dari: “Irril Darmawan” Tambahkan Pengirim ke KontakKepada: komunitasmusik@yahoogroups.com

    Pada intinya, jangan mengkotak-kotakkan Musik..musik itu sesuatu yg sangat universal..karya sejelek apapun tetaplah sebuah karya yg harus kita hargai..Saya percaya bahwa setiap karya/komposisi musik adalah sebuah masterpiece

    Irril Darmawan
    Summer Records
    http://www.summer-records. com
    Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network
     
  • 18. indra dwi cahya  |  14 Juli 2009 pukul 10:29
    ingin rasa nya budaya melayu dimainkan di BANJARMASIN karna budaya melayu hapir hilang karna masuk nya budaya barat………………………….
     
  • 19. pak dhe  |  29 September 2009 pukul 06:54
    saya juga pemusik. saya cuma bisa bilang, musik itu EGOIS… artinya, saya hanya mau denger yg sesuai EGO saya. saya cuma mau main yang sesuai EGO saya.saya menilai musik sesuai EGO saya. tapi ya cuman sebatas itu egoisme bermusik…ga berlanjut sampai menuntut orang lain utk menyukai musik yg sesuai EGO saya.

    tapi…sprti yg saya bilang…saya ga malu menilai musik sesuai dengan EGO saya. dan sudut pandang saya yg EGOIS menilai…

    MUSIK2 MELAYU YG MUNCUL BELAKANGAN INI ADALAH MUSIK SAMPAH!!!
    PESAN2 YG DIBAWA JUGA SAMPAH!!! NADA2-NYA TERDENGAR SEPERTI SAM{AH YANG BERHAMBURAN…

    aku muak dengerinnya… ga ada seni di dalamnya… mengekor ga tau malu. MALU!! yah, itu kata yg tepat. aku bahkan malu mendengarnya…masak yg nyanyi ga tau malu sih?? bikin musik mbok ya yg berkualitas knapa sih??
    hehehe…kok jadi emosional. ini pandangan saya sendiri yg sekali lagi…EGOIS. jangan disalahin pendapat ini…karena, meski berpendapat begitu, saya ga paksa anda sependapat dengan anda. ga mungkin kita TOLERAN dengan musik tertentu kalo emang kita ga suka. kita ga bisa paksa kuping ini mengakui apa yg hati kita tolak. jadi…santai aja lagi…ngomong aja apa adanya ttg musik melayu yg (saya khususkan pada) pengekor ga tau malu ini.
    makasih…
    salam EGOIS bermusik.
    hihihihi….
     
  • 20. pak dhe  |  29 September 2009 pukul 07:00
    Come on… bermusik itu punya idealisme. “jangan mengkotak-kotakan musik” adalah usul yg konyol. dengan sendirinya musik akan dikotak-kotakkan. jangan sok toleran deh… mengkotak-kotakkan musik itu bukan dosa dan terkesan ga menghargai orang lain. itu normal…. musik itu selera… pasti ada idealismenya sendiri2.

    jadi…jangan paksa orang utk membuat penilain sesuai idealismenya sendiri. santaia aja lagi…
    ini ga ada bedanya ama selera milih makanan. kalo kita bilang ga suka rendang, semua orang juga ga akan kemudian menyimpulkan rendang itu ga enak bagi semua orang.
    jangan malu buat menilai.. musik emang universal, tapi bukan berarti kita harus dengan sungkan2 menghormati semua jenis musik. sekali lagi, bagi saya..musik Indonesia merosot akhir2 ini dengan trend melayunya… itu musik sampah!
     
  • 21. hoodoola  |  16 Oktober 2009 pukul 19:10
    Mr. Hudson �C Straight No Chaser (Retail) – Free download Here – http://www.hoodoola.com/2009/10/16/mr-hudson-a??-straight-no-chaser-retail/
    Sunting Komentar
     
  • 22. nesia ardi  |  23 Maret 2010 pukul 07:11
    dear pembaca blog ini,
    saya secara nggak sengaja baca blog ini ketika sedang surfing cari pendapat orang-orang tentang selera musik di Indonesia belakangan ini. Sebenarnya bahan untuk karya rumah saya…hehehe…
    menurut saya memang tidak salah jika band melayu sedang naik daun, memang benar musik itu banyak sekali jenisnya. Dan menurut perkembangan zaman, musik menjadi makin sederhana, padahal sejarahnya, musik itu ada untuk memuji dewa2 atau Tuhan, tapi kelamaan, musik yang menurut teorinya Plato n Aristoteles bisa mempengaruhi kejiwaan itu lama-lama berubah, itu namanya sekuler (diluar musik gereja, karena dulu musik awalnya muncul dari gereja) no offense untuk yang bukan Kristiani.

    Dan lama-lama musik memiliki kegunaan berbeda-beda, salah satunya untuk menjadi penghibur. Guys, i don’t blame everyone who think music is just an entertainment, menyegarkan kuping mereka. dan juga gabungan antara para pendengar yang menganggap musik sebagai hiburan dan emotional listener, pendengar yang mendengar musik berdasarkan mood mereka. itulah yang membuktikan tiap individu memiliki ‘selera’.

    sekarang…ditilik dari sejarah bangsa Indonesia tercinta ini dulu dong… abad 16 di Eropa dan di Indonesianya beda nya apa…?? Eropa sudah mengembangkan musik zaman barok, dan kita dijajah Belanda…trus abad 17? Eropa sudah mengembangkan musik klasik dan kita…? MASIH dijajah Belanda… trus aja sampe kita merdeka (katanya), bangsa sana udah berkembang pesat dan kita masih dengan mental terjajah…pemikiran ga berkembang… Dan sampai sekarang pun, mental bangsa ini hampir keseluruhan masih sama. Masih ga berkembang, itu yang membuat selera para masyarakat juga begitu. Hal ini juga dipengaruhi oleh minimnya pendidikan musik di Indonesia, yang kuliah musik akan tetap dianggap ‘kurang’ dibandingkan yang kuliah kedokteran atau ekonomi dan bla…bla…bla… no offense juga buat mereka, bidang2 itu juga yang membangun dunia, tapi musik juga erat hubungannya dengan alam semesta, dan sepatutnya dipelajari secara benar, informasi tentang musik seringkali ngalor ngidul ga jelas di Indonesia, sangat disayangkan, karena katanya negara berkembang tapi berkembangnya disitu situ saja, gimana mau jadi negara maju? Seharusnya pemerintah juga mendukung kurikulum musik di Indonesia, jadikan para musisi lebih terdidik, sehingga ‘selera’ tidak dijadikan kambing hitam. Hope these will help… hidup musik!

    Luar biasa kajian akademik saudara Nesia Ardi tentang musik. Sejujurnya musisi kita hanya tau ngulik gitar, nyanyi menukik-nukik, bernafsu jadi selebritis tanpa tahu sejarah musik, tujuan bermusik dan bahkan tidak tahu musik itu apa sebenarnya. Setidaknya wacana akademis saudara bisa menjadi pelototan dan refleksi sistemik bagi musisi indonesia secara keseluruhan.

    Berbisnis musik, bermain musik, bergaul dengan musik yang jika dikerjakan tanpa akar memang hanya omong kosong.
    Terima kasih saudara nesia ardi.
     

  • 24. arsa  |  17 April 2010 pukul 17:31
    Seharusnya, band-band instan mayor label jaman sekarang ini ikut mencerdaskan bangsa dengan lirik lirik lagu yang kritis terhadap semua permasalahan hidup yang ada. Jangan hanya menyodorkan lirik lirik cengeng dan bodoh yang tidak tahu arah tujuannya.

    Sebenarnya, musik melayu pun tidak buruk jika diisi dengan lirik lirik yang bermutu. Yang membuat musik melayu terlihat kampungan itu adalah lirik lagunya.

    Pernyataan Ridho Hafiedz bukanlah merupakan pernyataan yang kontroversial. Yang menjadi permasalahan di sini bukanlah jenis musiknya, melainkan kualitas lirik lagunya.
     
  • 25. mashoni  |  30 April 2010 pukul 16:55
    yup buat semua nya yang gk suka musik melayu..
    yo wiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiisssss…mau liriknya yang segerrrrrrrr atau yang alay yang penting emang musik melayu sekarang no 1 intinya kalau ada yang gk suka itu sirik dan sirik itu artinya tanda tak mampu…kalau emang dirimu mampu silahklan tunjukan kuwalitas musikmu yang katanya hebat skil nya mantap mana ko gk ada yang nunjuki9n kayak gitu…
    salam hangat dan damai
    mashoni st setia………

  • Kepada Saudara Elexyoben,
    Terima kasih kembali untuk tanggapannya, saya senang bisa berbagi dengan sesama teman teman pecinta musik, dan omong omong….panggilnya saudari dong, jangan saudara…hehehhe…
    Love, Nesia Ardi
     
  • Profil Musisi
    Berikut ini adalah profil band/singer/musisi/komposer di belantika musik Indonesia. Sejarah terciptanya band, biodata personel ataupun perjalanan karier sang musisi tersebut. Silahkan klik di bawah ini:
    http://randipopo.wordpress.com/profil-musisi-indonesia/