MAJALAH PAGERZINE entertainment and unique news: APA ANDA DOYAN KECOA ?

Produksi : Black Underwear Indie Version 2010

Produser : Black Underwear

Studio Rec : Home Studio Padepokan Gerilya

Dicelotehkan oleh : http://www.komandanpager.co.tv

Dua bulan penuh Black Underwear ( BU ) bercokol bersama saya di studio Padepokan Gerilya. Bertapa serupa kepompong yang akhirnya menetas jadi KECOA. Kenapa bukan jadi kupu-kupu ? Sebab KECOA memang judul album perdana BU yang mengusung corak PUNK POP ROCK ALTERNATIV dalam racikan musikalnya.

“ Bingung juga mau disebut genre apa mas, walo beat-beatnya cenderung punk , tapi not lagunya ngepop, ngerock dan alternative “. Ujar Arey si dedengkot BU di sela-sela mengeringkan keringat dengan sapu tangan (yang biasa dipakai mengelap tangki dan spion motornya).

BU lahir dari akibat hubungan intim segitiga Arey (Gitar/Vokal), Yudhi (Bass/Vokal) dan Erry (Drum) di 30 Januari 1995.

Bermula dari ter-cekok-inya mereka oleh gemuruh musik Blink 182 dan musik-musik sejenis, akhirnya mereka bersekongkol untuk menggarap sebuah proyek. Nama Black Underwear diambil bukan karena mereka mantan maling jemuran spesialis sempak atau kolor., melainkan terinspirasi filosofi dari “benda humoris ” tersebut.

Underwear bagaimanapun juga adalah benda penting yang tugasnya “menyelamatkan” isinya agar tidak neko-neko. Mau bentuknya dirancang oleh desainer fashion kelas kakap sekalipun tetap saja akan di pakai dibalik celana resmi. Jika underwear di jemur, tampaklah sekarang bentuknya yang jujur dan apa adanya. Simple, singset meski agak “menggantung” di bagian depan. Prinsip Underwear inilah yang membungkus erat musik BU : jujur, simple, gak neko-neko, mudah dicerna, apa adanya sekaligus memiliki “isi”. Semua perasaan hati diungkapkan dalam lagu secara blak-blakan. Mau bilang lonjong ya lonjong, hitam ya hitam, kriting ya kriting, tegak ya tegak. Tak pernah mau basa basi !

Demikian juga yang terjadi pada album KECOA. Semangat ke-underwear-an begitu menyelimuti roh 9 lagu di dalamnya. Simak saja track Tak Bisa Romantis, Pembantu Cinta, Tak tertahan, Selamat Tinggal dan lainnya yang sama sekali tak menyisakan puji-pujian berbunga seperti layaknya orang pacaran dalam sinetron Indonesia. Tempo yang dipacu dalam durasi-durasi pendek serta section yang dibangun serba gak neko-neko.

“ Sekali denger langsung kenyang ! “ cletuk Yudhi si bassis yang rajin mendengkur saat tidak dapat giliran take atau saat sedang tidak kebagian jatah makan.

Sebelum menggarap album tunggal KECOA, BU sesungguhnya terlebih dahulu telah melempar materi lagunya dalam dua buah kompilasi, yakni pada Kompilasi Imajinasi (Emilo Production - Juni 2009) dan Kompilasi Andai Aku Yang Jadi Bintang Part-1 (Kampung Indie Production - Oktober 2009). Plus tak ketinggalan lagunya ikut riwa-riwi menjadi jawara di sejumlah chart radio indie tanah air. Berbagai ajang aksi panggung pun tak lupa dihajar tanpa ampun selama 5 tahun terakhir.

“ Pagi kerja, sore kuliah, malam manggung….yah lumayanlah mas sebelum kena encok dan stroke “ timpal Erry sang drummer, santai tapi nampol.

Jagoan dari album perdana BU adalah KECOA, liriknya dituturkan secara naratif tentang laki-laki yang tak pernah takut preman, tak pernah takut ditilang polisi apalagi tak pernah takut di pecat pacar Ini berbanding terbalik dengan ketakutannya pada kecoa yang sering membuatnya stress tanpa daya. Syahdan, lagu KECOA adalah pula sebuah cerminan ketika bangsa ini dipenuhi kecoa menjijikkan yang sibuk menyelusup dari tempat pengap di pemerintahan. Merayap, terbang dan hinggap di kehidupan rakyat. Mengotori sendi-sendi kemakmuran yang susah payah dibangkitkan pasca reformasi. “Kecoa bangsa” memang sering membuat kita stress tanpa daya.

Saya bertanya : “Apa yang diharapkan BU dengan lahirnya album KECOA ? “

“ Gak neko-neko mas, tujuan kami sementara ini cuma satu : mudah-mudahan dengan munculnya album KECOA, musik Indonesia tidak seragam lagi ! “ tutup Arey sembari menyodorkan uang koin pada Yudhi : Kerokan dimulai ! (Recording dapat menyebabkan masuk angin, pegal dan mulas-mulas)