Dikabarkan bahwa biaya film ini cukup fantastis yakni 64 Milyar, sebuah film yang bisa jadi masuk dalam kategori film termahal untuk sementara ini di Indonesia.
Sayangnya, kualitas film tersebut ternyata tidak semahal biayanya. Sangat jauh dari harapan dan lebih mirip opera sabun bin telenovela di TV-TV. Bedanya, film ini settingnya out door, sementara telenovela kebanyakan indoor.
Film Darah Garuda (DG), ternyata nasibnya tidak jauh berbeda dari film pendahulunya yakni : Film Merah Putih. Bisa jadi film DG ini malah lebih buruk. Dalam ukuran film kolosal (dengan garis bawah tebal "berbiaya mahal"), sama sekali tidak ada kesan DG adalah sebuah film kolosal. Celakanya, hampir seluruh kadar artistiknya lemah. Tak ada yang bisa dibanggakan. Bahkan aktor-aktor hebat yang terlibat di dalamnyapun mendadak jadi seperti pemain yang baru saja lulus casting pertama sekali. Hal ini menunjukkan begitu lemahnya sang sutradara dalam membangun desain ekspresi dan emosi.
Pun sepertinya tidak menjadi penting ketika (film perjuangan pribumi dalam meraih kemerdekaan ini) sejumlah effectnya ditangani oleh bule-bule berbayaran mahal, jika hasil akhirnya sama sekali jauh dari segala isu yang dihembuskan waktu promosi. Kalo mau blak-blakan, segudang kreator effect kita (yang lahir dan mati di bumi Indonesia) mampu melakukan apa yang ditunjukkan dalam film tersebut. Film-film kolosal yang banyak dibuat tahun 80-an menunjukkan bukti kemampuan anak negeri dalam membuat effect. Selain itu, hingga tahun 2010 ini sudah setumpuk animator Indonesia yang diminta dan terlibat dalam film-film berteknologi tinggi untuk luar negeri. Walhasil, jika dilihat dari tujuan film (yang katanya membangun nasionalisme) lalu dikaitkan dengan hasil effect dan siapa pembuat effectnya , bukankah ini terlihat sangat ironis ?
Secara matematika, angka 64 Milyar tersebut mungkin saja dibagi menjadi tiga sekuel. Jika dipukul rata, jatah persekuelnya memakan anggaran 21 Milyar sekian. Lalu mari kita bandingkan dengan sebuah film kolosal lain yang berbudget 12 Milyar (satu sekuel) dan sama-sama diluncurkan tahun 2010 ini. Ampun...jauh sekali anggarannya, sekaligus beda sekali hasil akhirnya.
So, " sharing amatan film " ini tak perlu berpanjang-panjang lagi dituliskan. Mohon maaf jika artikel kali ini berbeda dengan artikel film lainnya. Saya doakan, semoga ke depan akan ada lagi dana film senilai 64 Milyar dan jatuh ke tangan sutradara yang lebih bisa dipertanggung jawabkan kualitasnya .
Tulisan ini akhirnya bukan resensi, tapi curhat saja !
- by : NARWASTU JINGGA