Di tengah kesibukan proses reuni para maestro SWAMI dan KANTATA dalam event yang diberi tajuk KANTATA BAROCK di bulan Desember 2011 depan, Dionys Dhewanindra dari Pagerzine, Sabtu, 29 Oktober 2011 lalu akhirnya berhasil membuat janji dengan Sawung Jabo, salah satu motor dalam project tersebut. Tujuannya tidak lain untuk mengorek sedikit gambaran terkait event yang juga melibatkan rekan sejawatnya seperti Iwan Fals, Setiawan Jody, Totok Tewel dan sejumlah tokoh musik lain yang di era Orde Baru sempat membuat telinga penguasa kala itu panas lewat lagu Bento, Bongkar, Badut-badut, Hio maupun lainnya.
Obrolan santai terjadi di Khasmir ( Khayangan Sangat Miring), yakni semacam padepokan tempat Sawung Jabo berdomisili ketika berada di kota Depok, Jawa Barat.
Berikut ini hasil intipan Pagerzine dari pengakuan Jabo yang dituliskan ulang dengan gaya bertutur aku :
---------------------------
Sebenarnya aku kurang bisa menjelaskan mengapa ada nama Barock di belakang Kantata. Menurut tradisi, selama ini Kantata memang selalu ada nama lain dibelakangnya, apakah ini karena pada waktu Konser Sirkus Barock bulan Mei 2011 yang diberi tajuk " Langit Merah Putih "ada Iwan Fals dan Setiawan Jodi nonton atau apa. Yang pasti, setelah event itu , Jodi, aku dan Iwan bertemu dan ngobrol, gimana kalo mementaskan Kantata lagi. Setelah semua setuju kami akhirnya cari nama. Kami sebutkan sejumlah nama bla,bla,bla. Kalo gak salah dengar, mendadak waktu itu Iwan nyeletuk, "udah Kantata Barock aja." Apakah ini ada hubungannya setelah dia nonton Sirkus Barock kemudian terinpirasi atau apa, Walahualam. Biar begitu, aku dalam hati gak langsung setuju karena aku juga gak mau gede kepala. Dulu di tahun 1976, aku ngasih nama kelompok musikku "Barock" sebenarnya ngambil dari masa musik jaman pra klasik. Aku membayangkan musik Barock itu tidak ada solo biola, solo piano, semuanya senafas seiring sejalan, ke-igelaterian, yah walaupun juga tidak selalu seperti demikian karakter musik Barock. Tapi ketika nama itu kugunakan, justru dipermukaan yang muncul Barock diidentifikasi jadi Balad Rock, Bajingan Rock atau Badut Rock karena menggabungkan unsur teater dengan rock. Apakah mereka terinspirasi hal ini ? Yang pasti, sebelum pulang memang akhirnya diputuskan menggunakan Barock di belakang Kantata. Lalu aku bilang ke mereka, berarti aku harus bawa teman-teman Sirkus Barock dong. Ya, otomatis tanpa Inisisri karena beliau sudah almarhum. Sekali lagi semua sepakat. Akupun lantas membawa teman-teman Sirkus Barock formasi sekarang 4 orang. Sekali lagi justru bukan aku yang ngusulin, lho. Iwan yang nyeletuk, disetujui Jodi ya udah kita jabat tangan.Sepulang dari Australia, aku datang lagi untuk rapat dan menindak lanjuti gimana-gimananya.
Dalam project ini, aku dan Iwan juga sengaja datang ke rumah Jockie (Suryoprayoga-red) untuk mengajak dia terlibat. Setahuku, Jody juga sudah menelpon dia, tapi rupanya Jockie memang tidak bisa ikut karena ada kesibukan lain. Ya sudah, yang tadinya posisi Music Director adalah Jockie akhirnya aku yang pegang. Di luaran, nampaknya ada nada-nada sedikit sumbang masalah ketidak ikut sertaan Jockie kali ini. Nada-nada itu kadang cukup mengganggu juga karena mengakibatkan suasana yang tadinya biasa saja malah jadi tidak nyaman. Sampai sekarang setahuku semuanya baik-baik saja. Hem, begini, melihat sesuatu dari luar pagar kadang terjadi sebuah pembenaran sendiri. Gambarannya gini, sekarang tiba-tiba terdengar suara gedubrak di jalan, "wah ada bajay tabrakan sama motor" tapi setelah kita tahu langsung, eh ternyata ada gerobak ketoprak kepleset terus terbalik. Nah itulah, belum melihat kenyataan sudah memberi komentar yang jauh panggang daripada api. Intinya, semuanya baik-baik saja. Sampai sekarang aku masih sering bertelpon dengan Jockie dan asik-asik saja. Demikian juga dengan yang lain.
Tentang event Kantata Barock sendiri yang tadinya mau diadakan di Jakarta Convention Center (JCC) bulan November, berubah menjadi di Stadion Gelora Bung Karno di bulan Desember. Pertimbangannya simple saja, JCC tidak cocok dengan khalayak Kantata. Selain itu, jika Konser ini berhasil dihadiri orang banyak sepertinya tidak akan cukup ruangnya. Yah, tau sendirilah massa Kantata seperti apa.
Untuk skedul persiapan, sampai Oktober ini jadwalnya adalah pembentukan materi. Bulan November depan masuk ke agenda pematangan. Rencananya ada 22 lagu yang akan kita tampilkan dengan perkiraan durasi sekitar 3 jam. Kali ini Kantata akan tampil lebih sederhana namun berwibawa. Fokus dominasinya ada di 5 gitar. Formasi gitar terdiri dari aku, Iwan, Jody, Totok Tewel, dan Joel. Kita akan lebih menguatkan rhytem section yang lebih rock. Lebih keras. Selain itu, Kantata juga akan di dukung oleh Orchestra Sa'unine pimpinan si Onie, kurang lebih 60-sampai 70an orang ada di formasi orkestra. Dari 22 lagu tadi sebagian mengambil materi lagu lama. Toh, lagu-lagu itu juga masih relevan di jaman sekarang, seperti misalkan fenomena partai bonek, pangeran brengsek, pengangguran, preman kan nyatanya masih ada sekarang ini. Selain itu juga ada lagu-lagu yang sebelumnya ditelurkan secara individu namun kemudian ditampilkan dalam pertunjukan ini.
Dibalik proses kreatif sendiri gambaran penanganannya kira-kira sebagai berikut : Jody di posisi eksekutif, aku di music director, assistenku si Totok dan Iwan sebagai mata ketiga. Yah, mata ketiga itu istilahku sendiri dalam rangka menempatkan seseorang melihat dari sudut pandang lain. Oh ya, satu lagi, dalam event ini nanti juga akan ada semacam kolaborasi bersama band Kotak.
Harapan kami, karya Kantata kali ini bisa diterima dengan baik dan disebarkan sebagai jembatan dialog dan memberi inspirasi untuk menyelesaikan suatu permasalahan hidup ataupun permasalahan bangsa dengan "jangan marah-marah". Harapan lainnya, kami ingin menjadi penyaksi yang baik, selalu bisa memberi opini, sebagai pengingat sekaligus memberi wacana terhadap kenyataan yang ada di depan mata. Tujuan kemunculan kami kali ini adalah untuk kembali menunjukkan secara luas bahwa ada sesuatu yang kami lihat sebagai warga negara. Kami bukan oposan. Apa yang kami suarakan adalah justru wujud kecintaan kami terhadap Indonesia tercinta.
Obrolan santai terjadi di Khasmir ( Khayangan Sangat Miring), yakni semacam padepokan tempat Sawung Jabo berdomisili ketika berada di kota Depok, Jawa Barat.
Berikut ini hasil intipan Pagerzine dari pengakuan Jabo yang dituliskan ulang dengan gaya bertutur aku :
---------------------------
Tentang event Kantata Barock sendiri yang tadinya mau diadakan di Jakarta Convention Center (JCC) bulan November, berubah menjadi di Stadion Gelora Bung Karno di bulan Desember. Pertimbangannya simple saja, JCC tidak cocok dengan khalayak Kantata. Selain itu, jika Konser ini berhasil dihadiri orang banyak sepertinya tidak akan cukup ruangnya. Yah, tau sendirilah massa Kantata seperti apa.
Untuk skedul persiapan, sampai Oktober ini jadwalnya adalah pembentukan materi. Bulan November depan masuk ke agenda pematangan. Rencananya ada 22 lagu yang akan kita tampilkan dengan perkiraan durasi sekitar 3 jam. Kali ini Kantata akan tampil lebih sederhana namun berwibawa. Fokus dominasinya ada di 5 gitar. Formasi gitar terdiri dari aku, Iwan, Jody, Totok Tewel, dan Joel. Kita akan lebih menguatkan rhytem section yang lebih rock. Lebih keras. Selain itu, Kantata juga akan di dukung oleh Orchestra Sa'unine pimpinan si Onie, kurang lebih 60-sampai 70an orang ada di formasi orkestra. Dari 22 lagu tadi sebagian mengambil materi lagu lama. Toh, lagu-lagu itu juga masih relevan di jaman sekarang, seperti misalkan fenomena partai bonek, pangeran brengsek, pengangguran, preman kan nyatanya masih ada sekarang ini. Selain itu juga ada lagu-lagu yang sebelumnya ditelurkan secara individu namun kemudian ditampilkan dalam pertunjukan ini.
Dibalik proses kreatif sendiri gambaran penanganannya kira-kira sebagai berikut : Jody di posisi eksekutif, aku di music director, assistenku si Totok dan Iwan sebagai mata ketiga. Yah, mata ketiga itu istilahku sendiri dalam rangka menempatkan seseorang melihat dari sudut pandang lain. Oh ya, satu lagi, dalam event ini nanti juga akan ada semacam kolaborasi bersama band Kotak.